Aku lupa bahwa hari ini adalah hari kelahiranku… Aku lahir pada hari rabu tanggal 14 Februari 1990 silam berarti hari ini adalah tanggal dan...
Aku lupa bahwa hari ini adalah hari kelahiranku…
Aku lahir pada hari rabu tanggal 14 Februari 1990 silam berarti hari ini adalah tanggal dan hari yang sama, 28 tahun yang lalu saat aku lahir ke dunia.
Shubuh tadi aku terbangun karena Layla nangis minta ASI, aku lantas membangunkan suamiku untuk bergegas sholat sekaligus memintanya menyiapkan air hangat untuk aku mandi. Udara shubuh ini begitu dingin dan badan ku terasa sakit dan pegal. Rasanya mandi pagi pakai air hangat bisa bikin aku kembali segar…
Setelah Layla kembali tidur aku turun ke bawah siap-siap untuk sholat shubuh berjama’ah. Saat menunggu air mendidih aku menceritakan mimpiku pada suamiku.
Beberapa bulan ini aku sering mimpi yang cukup membuatku takut…
Mimpi apa memangnya? Tanya suamiku
Aku sering mimpi mati, atau ditinggal mati bisa sampai berkali-kali bergantian orang-orang yang aku cintai pergi atau kadang aku sendiri yang pergi. Aku takut… Aku sedih…
Sambil memeluk suamiku berkata bahwa hidup di dunia ini memang tidak ada yang abadi, mungkin ini juga tanda sayang Allah agar kamu lebih rajin beribadah.
Iya memang, di satu mimpi aku pernah berbincang dengan seseorang tapi entah siapa. Dia mengatakan berani gak aku hapus semua playlist musik di handphone dan mengganti dengan Murotal Al-qur’an, dengarkan keras-keras setiap hari. Anak perempuan mu sudah hafal Juz ‘Ama loh…
Percakapan dalam mimpi hanya sampai situ, karena aku terbangun. Percakapan singkat dengan suamiku pun terpotong karena sudah waktunya sholat subuh.
Kami sholat berjama’ah sedangkan anak-anak masih tertidur.
Setelah salam, tak biasanya suamiku langsung membalikkan badannya kearahku karena aku selalu mendahului menggenggam tangannya dan menciumnya kali ini berbeda suamiku yang memulainya lalu berkata “jadi berapa sekarang”
Sungguh aku bingung apa yang dia tanyakan, dia menanyakan jumlah apa? Tapi kebingunganku terjawab cepat saat suamiku menambahkan “28 atau 29” sambil tersenyum
17 jawabku… Tapi air mata ini meleleh lalu aku memeluknya. Mashaalloh… Usiaku…
Banyak do’a yang suamiku panjatkan dan aku semakin terharu salah satunya saat menyinggung soal ibadahku.
Tak hanya lupa tanggal kelahiranku aku juga melewatkan dan melupakan hari lahi anak sulungku tanggal 11 kemarin. Namuh hanya rasa syukur yang banyak ku ucap.
Sejak kecil di keluargaku juga suamiku tidak pernah merayakan hari ulangbtahun bahkan bukan hal yang biasa meski hanya saling mengucapkan selamat atas pengulangan tanggal kelahiran ini.
Kami dididik untuk tahu bahwa mengucapkan atau merayakan hari kelahiran bukan lah budaya kami sebagai Muslim. Jika kami meniru maka kami termasuk kedalamnya…
Sudah melekat sejak aku kecil kata-kata itu dari orangtuaku, sehingga aku takut jika melampauinya akan membuatku menjadi lain, maksudnya tentang aqidahku.
Mendapat do’a dan harapan juga perayaan adalah hal yang sangat menyenangkan namun aku tetap ingin menjaga batasan “Barang siapa meniru suatu kaum maka kamu termasuk kedalamnya”
Aku hanya manusia yang ingin melaksanakan aturan dengan baik, dan jujur urusan hari kelahiran ini termasuk yang sulit aku hindari baik itu dari keinginan untuk membuat hari ini menjadi lebih special juga keinginan mendapatkan harapan juga do’a dari teman dan saudara yang menunjukkan kepedulian mereka. Sungguh aku tidak mau menjadi golongan lain itu…
kalau pun pernah dalam hatiku terbesit aku harap Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang untuk selalu menerima dan memaafkanku yang kadang menolak untuk faham saat diberi tahu.
Aku ingin terus belajar untuk ta’at…
Aku amin kan do’a-do’a kerabatku, mereka mendo’akan hal-hal baik untukku dan aku bahagia.
Semoga dengan berkurang nya umur ku ini aku bisa terus memperbaiki diri serta dimudahkan dalam semua urusannya…
Banyak yang aku dapatkan dari Mu Ya Allah. Salah satunya adalah keberuntungan dipertemukan dengan orang-orang baik disekitarku… Sepanjang usiaku tak akan pernah cukup mengucap rasa syukur atas segala nikmatMu…
*postingan pada 14 February 2018
Baca Artikel sebelumnya: Philips AVENT Sahabat Bunda – Mendampingi Memberi Nutrisi
COMMENTS