Halo...
Akhirnya kali ini aku bisa juga nulis dan bercerita tentang pengalaman aku dan keluarga yang dua bulan lalu (2 Februari 2021) menjadi penyintas COVID-19.
Tujuan aku menulis selain ingin berbagi pengalaman tentunya ingin juga mengabadikan moment yang penuh perjuangan bersama keluarga.
Aku juga berharap tulisan aku ini bisa bermanfaat, sehingga teman-teman bisa menjadikan pengalaman aku ini sebagai referensi. Semoga teman-teman yang masih bingung harus ngapain saat menjadi penyintas COVID-19 bisa sedikit terbantu dengan sharing aku ini ya :)
Bagaimana Mendeteksi Gejala COVID-19?
Beberapa orang masih menganggap bahwa gejala COVID-19 itu ibarat aib sehingga tak sedikit orang yang menyembunyikan gejala-gejala itu.
Merasa dirinya sehat, mengabaikan adanya gejala yang dirasakan lalu dengan leluasa berkeliaran padahal tetap menularkan itu sebenarnya cukup berisiko karena setiap orang mempunyai kekebalan tubuh yang berbeda.
Hal yang perlu dilakukan saat merasakan adanya gejala COVID-19 dalam tubuh adalah dengan memeriksakan nya.
Yups... Awal mula menyadari bahwa aku mengalami beberapa gejala COVID-19 tentu aku ingin segera memeriksakan dan membuktikan apakah gejala yang aku rasakan ini adalah gejala yang merujuk ke COVID-19 atau ada penyakit lain.
Dokter juga tidak bisa langsung mendiagnosa dan menentukan ini adalah penyakit A, B, atau C tentu semuanya harus dibuktikan dengan hasil laboratorium dan setelah aku melakukan test ternyata hasil pemeriksaan SARS-CoV-2 (COVID-19) dengan metode RTq-PCR menunjukkan result aku dan keluarga dinyatakan POSITIVE COVID-19 dengan CT Value nya punya aku adalah 20.75 dengan nilai rujukan negatif CT>=40.
Apa saja gejala COVID-19?
Ada beberapa gejala yang dirasakan setiap pasien itu kembali lagi ke imunitas tubuh masing-masing sehingga gejala COVID-19 dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Gejala Umum
- Demam
- Batuk kering
- kelelahan
2. Gejala Tidak Umum
- Ada rasa nyeri dan tidak nyaman
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Hilangnya indra perasa atau penciuman
- Diare
- Mata merah
- Ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari-jari tangan atau kaki
3. Gejala Serius
- Kesulitan bernafas atau sesak nafas
- Nyeri dada seperti rasa tertekan
- Hilang kemampuan berbicara atau bergerak
Seseorang bisa saja mengalami gejala-gejala diatas atau tidak sama sekali atau bahkan ada juga yang memiliki gejala umum, tidak umum dan gejala serius sekaligus secara bersamaan. Itu semua kembali lagi pada imunitas tubuh seserang jadi jangan pernah pukul rata ya.
Apa Saja Gejala COVID-19 yang Dirasakan Aku dan Keluarga?
Dari gejala-gejala diatas ternyata gejala tersebut tidak bisa langsung terdeteksi setelah terinfeksi. Biasanya timbul gejala itu muncul setelah 5-6 hari setelah terpapar. Aku pun begitu, gejala yang aku alami kemarin semakin hari itu bertambah sampai ada beberapa yang aku rasakan diantaranya yaitu :
- Mengalami kelelahan yang enggak cukup dibawa istirahat beberapa jam karena tubuh ini secara tiba-tiba merasa benar-benar lemas dan keleyengan, no power.
- Lalu ada sedikit nyeri yang bikin tubuh tidak nyaman tapi tidak tahu letak sakit nya sebelah mana sampai akhirnya tubuh mau dibawa istirahat atau tidur pun jadi kayak gelisah gitu, enggak enak diem deh.
- Gejala lain yang aku alami adalah hilang indra perasa dan penciuma. Ini lumayan bikin kaget banget karena aku tidak bisa mencium bau apa pun sedikit pun bahkan setelah dinyatakan negatif penciuman aku masih belum sesensitif sebelumnya.
- Gejala terakhir yang aku rasakan di hari ke 7 adalah tibul demam, dan merasa sesak nafas dan nyeri dada sehingga aku membutuhkan bantuan pernafasan dan oksigen.
Gejala-gejala diatas yang aku rasakan juga dialami oleh suamiku namun lain hal nya dengan anak-anak aku mereka mempunyai gejala yang berbeda. Anak-anak cenderung dengan gejala batuk, demam, dan diare saja, selebihnya alhamdulillah aman walau dokter sempat bilang bahwa infeksi nya sudah sampai ke paru-paru. 😓
Apa Tindakan Lanjutan Setelah Dinyatakan Positif COVID-19?
Setelah mendapatkan hasil PCR dan CT-Value cukup rendah dari nilai rujukan, kami sekeluarga disarankan untuk diperiksa lebih lanjut ke Puskesmas atau Rumah Sakit yang khusus menyediakan layanan SATGAS COVID-19.
Namun ada tahapan lain yang lebih dahulu kita lakukan saat kita dinyatakan Positif COVID-19 sebelum akhirnya disarankan untuk pemeriksaan ke Rumah Sakit yaitu :
1. Laporkan Hasil Swab ke Puskesmas dan petugas masyarakat (RT-RW)
Pertama-tama yang harus dilakukan setelah mendapatkan hasil positif COVID-19 adalah memberikan laporan kepada petugas masyarakat dan puskesmas setempat dengan segera.
Sedikit bercerita ya, ternyata ada banyak kasus karena khawatir dikucilkan atau dijauhi tetangga beberapa orang justru malah menyembunyikan keadaan bahwa dia terpapar COVID-19.
Kita memang tidak bisa mencegah stereotype atau perasaan paranoid takut berlebihan orang-orang tentang COVID-19 yang justru akan menghambat proses penyembuhan kalau terlalu banyak dipikirkan.
Harapan aku dengan adanya kasus COVID-19 disekitar adalah dengan edukasi masyarakat maka dari itu saat sesorang terpapar COVID-19 perlu membuat laporan pada petugas sekitar. Laporan itu wajib apalagi jika memang terpapar COVID-19.
Percaya lah selama masa isolasi seseorang pasti sangat membutuhkan bantuan masyarakat sekitar agar gotong royong juga memenuhi kebutuhan harian serta dibantu pengawasan kesehatan nya juga nantinya. Ini isolasi loh, kita enggak boleh keluar sama sekali jadi jangan anggap sepele atau lebih mengutamakan rasa takut orang-orang atau takut dikucilkan ketimbang memikirkan kesehatanmu.
2. Periksakan Lebih Lanjut Kesehatanmu dengan Melakukan Screening di Rumah Sakit atau Puskesmas
Setelah membuat laporan langkah selanjutnya adalah menjalani pemeriksaan lanjutan atau screening. Proses ini dibutuhkan agar kita bisa tahu seberapa banyak tubuh kita yang terinfeksi virus.
Saat screening kita juga bisa membicarakan keluhan atau gelaja pada dokter yang menangani sehingga pengawasan kesehatan akan dilakukan oleh pihak rumah sakit atau puskesmas.
Biasanya Rumah Sakit yang menyediakan layanan SATGAS COVID-19 itu adalah Rumah Sakit Umum Daerah atau Rumah Sakit Negeri tapi sekarang banyak juga Rumah Sakit Swasta yang mempunyai layanan tersebut.
Kemarin aku melakukan screening di salah satu RSUD Kabupaten Bandung, memang jaraknya cukup jauh tapi mengingat banyak RSUD terdekat yang penuh dan tidak bisa menampung lagi pasien COVID-19 tambahan maka mau tidak mau aku memeriksakan kesana.
Apa saja yang diperiksa saat screening?
- Konsultasi
- Test suhu tubuh
- Test tekanan darah
- Test saturasi oksigen
- Periksa pernafasan dan kesehatan mulut
- Test darah yang mencakup beberapa hal
- Foto Rongent
- Pemberian obat-obatan atau suplement vitamin
3. Selalu Terapkan Protokol Kesehatan Meski Sedang Isolasi
Saran dokter selama saya dan keluarga melakukan isolasi adalah dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
Diwaktu-waktu tertentu sebisa mungkin aku tetap menjaga jarak satu sama lain meski semua terpapar namun tingkat imun dan berapa banyak infeksi yang tersebar kan berbeda maka kami memilih untuk tetap menjaga jarak. Aku sama anak aku yang paling kecil tinggal di ruang atas sedangkan suami dan anak-anak kami yang lainnya dibawah keuntungan lainnya kebetulan anak-anak juga sudah tidur terpisah sehingga kami bisa menjaga jarak.
Jadi lebih sering mengingatkan anak-anak dan suami untuk mencuci tangan bahkan mengingatkan untuk memakai peralatan makan masing-masing dan langsung mencucinya. Tidak lupa selalu sterilkan ruangan dengan menyemprotkan disinfektan dirumah.
- Memakai masker jika ingin berinteraksi dirumah
Memang intensitas memakai masker tidak begitu banyak karena kami berada dirumah namun disaat moment tertentu seperti misalnya saat aku memasak memakai sarung tangan dan masker, saat menyiapkan makan serta obat-obatan aku pun memakai sarung tangan dan masker.
4. Konsumsi Suplemen Vitamin
Jika merujuk pada gambar diatas yang aku ambil saat screening di Rumah Sakit kewajiban kita disaat pandemi ini yaitu menjaga sistem imun tubuh salah satunya adalah dengan konsumsi suplement vitamin.
Saat berobat kemarin pun yang banyak diresepkan untuk aku dan keluarga semuanya kebanyakan adalah suplement vitamin dan diberi obat jika ada keluhan seperti demam, batuk, dan seputar pernafasan paru-paru atau komplikasi lainnya. Namun yang menentukan kesembuhan tetap bergantung pada imunitas tubuh.
Lalu apa saja sederetan vitamin yang aku konsumsi selama isolasi kemarin?
Vitamin yang diresepkan untuk aku, suami, dan anak-anak ternyata berbeda. Tentu semuanya kembali lagi dilihat dan disesuaikan dengan kebutuhan ya berdasarkan dari hasil test darah. Namun vitamin yang secara umum ada untuk kami sekeluarga adalah Vitamin C dan Vitamin D.
Dari beberapa jenis vitamin yang populer digunakan untuk meningkatkan imunitas tubuh terutama untuk pasien COVID-19 ini lah sederetan Vitamin yang diresepkan untuk keluargaku. Suplement vitamin itu antara lain :
Setelah kontrol kedua resep vitamin yang diberikan dokter pun sedikit berkurang namun ada dua vitamin yang dokter sarankan untuk selalu sedia dirumah untuk masa pemulihan nanti yaitu vitamin C dan Vitamin D.
Kalau Vitamin C sebenarnya sudah sangat biasa ada dirumah namun ternyata dokter juga mewajibkan untuk rutin konsumsi Vitamin D terutama di masa pandemi, yang terpapar COVID-19 juga untuk pasien yang baru pulih dari COVID-19.
Pentingnya Vitamin D Untuk Bantu Meningkatkan Imunitas Tubuh
Mengingat dari hasil test darah kami kemarin menunjukkan adanya defisiensi vitamin D maka memang wajib dibantu suplement vitamin D untuk membantu meningkatkan kembali Vitamin D dalam tubuh.
Normalnya hasil test itu menunjukkan Vitamin D 25-OH Total itu dari 30-100 ng/mL berdasarkan rekomendasi Testing Laboratories sedangkan hasil test aku kemari hanya ada di 18ng/mL dan optimal untuk imun tubuh adalah di 60-80 ng/mL.
Melihat hasil test tersebut jangankan untuk imun tubuh yang optimal ya, sudah terpapar pasti perlu jumlah yang lebih banyak maka dari itu kami sangat merasa lemas kemarin.
Efek dari kekurangan vitamin D itu ternyata cukup serius karena kita bisa mengalami hal-hal berikut :
- Menurun imunitas tubuh dan bikin jadi gampang sakit
- Lemas, sering ngantuk dan enggak ada power
- Jadi penyebab nyeri sendi dan tulang
- Berkurang kadar kalsium tubuh dan bisa menyebabkan tulang rapuh
- Mudah stres
- Rambut rontok dll
Siapa Saja yang Berisiko Mengalami Defisiensi Vitamin D?
- Orang-orang yang lebih banyak beraktivitas didalam ruangan
- Ibu hamil tua
- Orang yang sering menggunakan sunblock
- Obesitas
- Orang dengan kulit gelap
- Orang dengan keluhan asam lambung
- Perempuan Berhijab
Apa Saja Sumber Vitamin D?
- Matahari
- Makanan seperti Ikan, Telur, Hati, Lemak ikan
- Suplemen Vitamin D
Manfaat Vitamin D
- Membunuh Virus
- Meningkatkan Imun Sistem
- Mencegah Kanker
- Kesehatan Tulang
- Meningkatkan perasaan bahagia
- Mengurangi tingkat stres
- Membantu memberi kualitas tidur
- Mengurangi rasa sakit badan seperti nyeri sendi atau tulang
- Menyehatkan kulit
Selama pandemi ini juga aktivitas berjemur itu jadi semakin ramai ya, konon jika seseorang mengalami defisiensi vitamin D juga lebih rentan terpapar COVID-19. Namun jika memang kamu tidak sempat berjemur untuk memenuhi kebutuhan vitamin D dalam tubuh bisa dibantu dengan asupan nutrisi dan suplement vitamin D.
Salah satu rekomendasi yang diberi dokter dan diresepkan untuk aku dan keluarga adalah Vitamin D dari Prove D3 by Kalbe. Penampakannya seperti ini ya dan ini adalah kemasan baru yang aku beli di e-commerse.
Prove D3 ini ada dua jenis yaitu kemasan tablet dan drops, untuk kemasan drops kemarin diberikan dokter karena anak ku yang kecil belum bisa minum tablet dan dosis nya juga bisa disesuaikan kebutuhan karena Prove D3 tablet satu butir nya sudah mengandung 1000IU. Enggak bisa diganggu gugat ya 😁
Product Info : PROVE D3 tablet 1000 IU (25 mcg)
PROVE D3, mengandung Vitamin D3 (cholecalciferol) 1000 IU (25 mcg)
Bebas Gluten
Harga : 88,275
Komposisi:
Vitamin D3 (cholecalciferol) 1000 IU (25 mcg)
Sediaan/Kemasan:
Tablet salut selaput: Dus isi 3 strip x 10 tablet
Indikasi:
Memenuhi kebutuhan vitamin D dengan cepat pada kondisi tertentu seperti lanjut usia, ibu hamil dan menyusui, risiko tinggi/ penderita penyakit infeksi atau penderita penyakit autoimun
Dosis:
1 kali sehari 1 tablet salut selaput, atau sesuai petunjuk dokter. Diminum setelah makan.
Kemasan & Penyimpanan:
Dus, 3 strip @ 10 tablet salut selaput.
Simpan pada suhu <30 C dan kering, serta terlindungi dari cahaya.
|
Perbedaan Prove D3 kemasan lama dan baru |
Aku mendapatkan Prove D3 dengan kemasan lama warna silver itu dari dokter yang memeriksa aku saat pemeriksaan COVID-19 sedangkan kemasan baru berwarna putih lebih full color 😍
Isi tablet nya masih sama kok, imut berwarna kuning cerah ya cukup diminum satu kali sehari untuk menjaga daya tahan tubuh namun beda lagi untuk kamu yang memang ada keluhan defisiensi vitamin D atau sedang terpapar COVID-19 dosis bisa saja ditingkatkan namun harus atas anjuran dokter ya 😉
Sedangkan untuk Prove D3 drops adalah suplement vitamin D yang lebih fleksibel bisa digunakan untuk anak-anak usia mulai 1 tahun sampai dewasa dan varian drop ini mudah digunakan dan dapat diatur kebutuhan vitamin D3 nya karena setiap satu tetes mengandung 400IU.
Yang aku suka dari Prove D3 varian drops ini adalah takaran dosis nya bisa dipakai sesuai kebutuhan dan bisa digunakan seluruh keluarga dan awet karena satu botol ini bisa sampai 450 tetes loh. Lalu teksturnya yang cair agak oily namun tidak ada rasa dan aroma jadi kayak air bening aja gitu. Saat kasih ke anak jadi lebih gampang dan enggak ada drama karena memang kayak air aja ini 😀
Product Info : PROVE D3 DROPS
Prove D3 Drops merupakan Vitamin D3 Drops Pertama di Indonesia dengan dosis 400 IU/tetes.
- Teregistrasi di BPOM
- Bebas gluten
- Bebas perasa, pewarna, pengawet
- Bebas alkohol.
Sediaan drops merupakan solusi untuk memenuhi kebutuhan vitamin D utk seluruh anggota keluarga, mulai dari anak-anak hingga lansia.
Harga : Rp 236,000
Komposisi:
Tiap tetes mengandung Vitamin D3 400 IU
Dosis & Cara Pemberian:
- Dewasa dan Anak >1 tahun: 1 kali sehari sekali tetes. Atau sesuai anjuran Dokter
- Teteskan Prove D3 ke dalam mulut secara langsung atau diteteskan di sendok terlebih dahulu.
- Botol dipegang agar tetap tegak lurus dan ketuk alas botol sampai tetesan keluar
Kemasan & Penyimpanan:
Botol @ 12.5 mL (lebih kurang 450 tetes)
Simpan pada suhu <30 C dan kering, serta terlindungi dari cahaya. Setelah dibuka, simpan pada suhu <25 C dan dapat bertahan selama 10 bulan.
Selama rutin konsumsi suplement vitamin D3 jangan lupa untuk kontrol juga ya kadar vitamin D dalam tubuh, jika sudah normal maka kamu bisa menurunkan dosis pemakaian suplement Vitamin D sesuai anjuran dokter agar sesuai kebutuhan harianmu :)
Tapi jangan khawatir karena Prove D3 ini punya dosis yang pas untuk dikonsumsi setiap hari yaitu 1000IU pertablet dikonsumsi satu hari satu tablet atau bisa juga konsumsi yang drops yang bisa sekaligus dikonsumsi seluruh keluarga.
Mengapa Harus PROVE-D3?
Untuk kebutuhan dosis seseorang terhadap vitamin itu beda-beda tergantung kondisi tubuh ada yang perlu dosis 10000IU atau 5000IU.
Pembelian Prove D3 ini bisa didapatkan dimana saja dan enggak perlu pakai resep dokter, tapi percala deh kalau dokter kasih resep pasti pakai ini. Aku pun membeli karena ngikutin apa yang diresepkan dokter dan ternyata di e-commerse sudah ada 😁
Untuk link pembelian kemarin aku belanja langsung disini ya, bisa di klik link pada tulisan berwarna ini Prove D3 Tablet 1000IU dan Prove D3 Drops
Apa yang Harus dilakukan setelah Dinyatakan Negatif COVID-19?
Setelah 40 hari dengan total 3x Swab dan akhirnya dinyatakan negatif COVID-19 banyak PR yang harus aku dan keluargaku lakukan, karena mendapatkan hasil negatif bukan berarti kita bisa bebas dan tidak akan tertular lagi.
Saat ini kami masih berjuang, tugas utama saya dan keluarga saya selanjutnya adalah mengembalikan fungsi tubuh saya seperti semula.
Jujur saja setelah terpapar COVID-19 saya seperti tidak mengenali tubuh saya! Maksudnya, tubuh ini masih sama tapi tidak sebugar seperti sediakala saat sebelum terpapar COVID-19.
Perjuangan kami untuk mengembalikan organ-organ tubuh kami ini berfungsi lagi seperti sebelumnya memang membutuhkan waktu.
Dokter pun memberitahukan bahwa recovery ini membutuhkan waktu minimal 3-6 bulan untuk kembali normal seperti sebelumnya. Namun lamanya waktu pemulihan itu pun kembali lagi pada setiap imunitas individu ada yang bisa lebih cepat atau lambat.
Ada kalanya saya merasa tiba-tiba lelah sampai akhirnya harus berhenti melakukan sesuatu karena memang tubuh saya belum mampu dan akhirnya saya harus berdamai dan mengatakan pada diri saya "Yuk kerjakan semampunya dulu, besok Insya Allah kuat"
Maka dari itu, beberapa aktivitas selama isolasi seperti menerapkan protokol kesehatan dan pola hidup yang kami jalani selama isolasi lakukan diharapkan selalu diterapkan dan menjadi sebuah kebiasaan baru untuk meningkatkan daya tahan tubuh kami.
Beberapa aktivitas rutin yang saat ini masih kami jalani untuk mengembalikan imunitas tubuh antara lain :
1. Lebih rajin lagi menjaga kebersihan
2. Lebih rajin lagi berolahraga
3. Lebih memerhatikan asupan nutrisi yang dibutuhkan
4. Lebih rajin lagi berjemur
5. Lebih rajin lagi konsumsi suplemen vitamin
6. Lebih produktif dan banyak gerak
7. Lebih banyak memanfaatkan waktu melakukan hal positif
8. Menghindari hal-hal yang akan merusak suasana hati
9. Lebih berfikir positif dan optimis
10. Lebih banyak bersyukur, mencintai diri, dan lingkungan sekitar
Saat ini bukan berarti saya sudah baik-baik saja, sayabdan keluarga masih berjuang untuk pulih maka dari itu aku mau ajakin untuk "Yuk, Semangat berjuang!"
Berapa Biaya yang dihabiskan untuk Pengobatan COVID-19?
Kemarin banyak yang bertanya-tanya juga seputar biaya yang dihabiskan untuk pengobatan COVID-19 ini katanya tidak ditanggung BPJS ya?
Jawabannya adalah benar, pemeriksaan dan pengobatan COVID-19 ini tidak ditanggung oleh BPJS tapi ditanggung langsung oleh KEMENKES.
Jadi siapa pun kamu yang punya atau pun tidak punya BPJS saat mengalami gejala COVID-19 bisa dengan leluasa memeriksakan nya, jangan khawatir atau takut tidak ada biaya karena pemeriksaaan dan pemberian suplement semuanya sudah di cover oleh KEMENKES tapi jika kamu konsultasi dan memeriksakannya di puskesmas atau di RSUD setempat yang mempunyai SATGAS COVID-19 dan sudah bekerjasama dengan pemerintah. Kalau diluar dari kategori itu mungkin harus bayar ya...
The Last but Not Least
Sebagai penutup tulisan ini aku mau merangkum dan menyampaikan sekali lagi bahwa COVID-19 bukan lah aib dan jangan khawatir atau takut untuk memeriksakannya, jangan pula merasa pesimis karena ini adalah pandemi maka percaya lah dengan semangat berjuang maka kamu akan sembuh.
Yakin lah pada keagungan tubuh yang diciptakan dengan sempurna oleh Yang maha Kuasa ini tentunya dengan ikhtiar dan usaha keras maka Insya Allah kesembuhan itu akan didapat dan tentu pikiran positif juga akan sangat membantu proses penyembuhan.
Teruslah ikhtiar dan semangat dengan meningkatkan daya tahan tubuh ✊
Semoga sharing aku ini bisa bermanfaat buat teman-teman yang sedang berjuang sebagai penyintas COVID-19, atau masih berjuang untuk recovery pasca terpapar COVID-19, atau teman-teman yang memerlukan informasi seputar COVID-19 ya.
Tulisan yang aku buat ini 100% bersumber dari hasil konsultasi aku sama dokter yang menangani aku saat di Rumah Sakit Umum Daerah Al- Islam di Posko COVID-19 alhamdulillah dokter dan para perawat semuanya baik dan sangat ramah dan selalu memberi energi positif karena setiap berkunjung mereka menyemangati bahwa aku dan keluarga akan sembuh dengan segera. Aamiin...
Waaah gejalanya lumayan berat ya mba, sampe sudah ke paru. Syukurlah mba sekeluarga sudah sembuh dan tinggal recovery.
ReplyDeleteAku sendiri Ama suami positif covid pas Agustus 2020. Awal2 baru masuk. Itu Krn tertular dr mama mertua yg sayangnya ga mampu bertahan. Krn komplikasi juga Ama jantungnya sih.
Aku dan suami lgs tes dan positif. Tapi syukurnya kami berdua itu OTG. 2 bulan, 5x swab, dan ttp ga ada gejala apapun. Penciuman dan perasa normal, ga batuk, ga pilek, kayak org sehat aja, tp virusnya ada. Cm kami patuh isoman di rumah, dan minum segala macam vitamin. Bahkan sampe skr sih aku rutin vit c, B komplek, Vit D juga habatussaudah dan olive oil. Alhamdulillah imun masih bagus.
Intinya sih, kita jaga imunitas tubuh. Krn virusnya juga ga akan menimbulkan gejala apapun kalo imun sedang bagus.