Jika di luar negeri sana ada seorang pria yang akan memberi uang pada setiap orang yang ditemuinya kalau saya sih punya cita-cita ingin memb...
Jika di luar negeri sana ada seorang pria yang akan memberi uang pada setiap orang yang ditemuinya kalau saya sih punya cita-cita ingin memberi buku pada setiap orang yang saya temui. Mengapa? Alasannya begini kawan…
Kini banyak pemberitaan kalau mahasiswa Indonesia itu “IMPOTENT dalam membaca” kata-kata yang sangat risih didengar bukan? Karena bukan “IMPOTENT TAPI SEHARUSNYA I’M POTENT (aku punya potensi)” yang berarti masyarakat Indonesia itu punya potensi untuk membaca.
Sebenarnya fenomena kurangnya minat membaca warga Indonesia ini bukan untuk diprihatinkan, mungkinkah pemberitaan yang kurang baik itu memberi potensi atau memotivasi masyarakat untuk lebih giat membaca?
Masyarakat Indonesia terlalu banyak mengonsumsi berita-berita yang memberi aura negatif maka akan tumbuh seperti apa yang dibicarakan. Untuk beberapa kalangan mungkin membeli buku itu perlu perjuangan yang keras karena kebutuhan hidup yang masih serba kurang tercukupi.
Jadi sebagai warga Indonesia sendiri apakah pantas memberitakan hal yang memprihatinkan ini dan malah bertanya kenapa? Diberitakan dan bahkan selalu diberitakan tanpa dicarikan solusi. Ingatlah yang demikian ini bukan untuk dikasihani atau dicaci tapi harus dicarikan solusi.
Solusi membudayakan kebiasaan membaca, mulailah dari diri sendiri, ga usah minta bantuan pemerintah yang terlalu sibuk. Assyekh Habib Saggaf bin Mahdi bin Assyekh Abi Bakar bin Salim juga mampu mendidik 18,000 santri di pondok pesantrennya dengan biaya hidup yang serba gratis. Subhanalloh… Ini menjadi inspirasi dan cita-cita saya.
*)Tulisan ini terinspirasi oleh mario teguh, tere liye dan syeh habib assegaf. Untuk melumpuhkan opini mereka yang hanya bisa memberitakan tanpa ada motivasi atau solusi konkrit.
COMMENTS